NEGERI 5 NEGARA
Buku ini ditulis dengan syukur, respek dan terima
kasih. Kepada Tuhan, kepada orang tua dan handai tolan, dan kepada setiap orang
yang telah menanam kebaikan dalam hidupnya.
"Negeri 5 Menara” adalah buku pertama dari
rencana trilogi. Buku ini berniat merayakan sebuah pengalaman menikmati
atmosfir pendidikan yang sangat inspiratif. Semoga buku ini bisa membukakan
mata dan hati pembaca. Dan menebarkan inspirasi ke segala penjuru.
Salah satu pesan utama novel ini adalah "man
jadda wajada" sebuah pepatah Arab yang berarti "siapa yang
bersungguh-sungguh akan sukses". Pengalaman para tokoh di novel ini
mengajarkan mereka bahwa apa pun mungkin diraih selama didukung usaha dan doa.
Jangan pernah remehkan mimpi, setinggi apa pun. Sungguh Tuhan Maha mendengar.
Sebagian royalti diniatkan untuk merintis Komunitas
Menara, sebuah organisasi sosial berbasis relawan (volunteer)
yang menyediakan sekolah, perpustakaan, rumah sakit, dan dapur umum secara
gratis buat kalangan yang tidak mampu.
SINOPSIS NOVEL INI :
Alif lahir di pinggir Danau
Maninjau dan tidak pernah menginjak tanah di luar ranah Minangkabau. Masa
kecilnya adalah berburu durian runtuh di rimba Bukit Barisan, bermain bola di
sawah berlumpur dan tentu mandi berkecipak di air biru Danau Maninjau.
Tiba-tiba saja dia harus naik bus
tiga hari tiga malam melintasi punggung Sumatera dan Jawa menuju sebuah desa di
pelosok Jawa Timur. Ibunya ingin dia menjadi Buya Hamka walau Alif ingin
menjadi Habibie. Dengan setengah hati dia mengikuti perintah Ibunya: belajar di
pondok.
Di kelas hari pertamanya di
Pondok Madani (PM), Alif terkesima dengan “mantera” sakti man jadda wajada. Siapa yang
bersungguh-sungguh pasti sukses.
Dia terheran-heran mendengar
komentator sepakbola berbahasa Arab, anak menggigau dalam bahasa Inggris,
merinding mendengar ribuan orang melagukan Syair Abu Nawas dan terkesan melihat
pondoknya setiap pagi seperti melayang di udara.
Dipersatukan oleh hukuman jewer
berantai, Alif berteman dekat dengan Raja dari Medan, Said dari Surabaya,
Dulmajid dari Sumenep, Atang dari Bandung dan Baso dari Gowa. Di bawah
menara masjid yang menjulang, mereka berenam kerap menunggu maghrib sambil
menatap awan lembayung yang berarak pulang ke ufuk. Di mata belia mereka,
awan-awan itu menjelma menjadi negara dan benua impian masing-masing. Kemana
impian jiwa muda ini membawa mereka? Mereka tidak tahu. Yang mereka tahu
adalah: Jangan pernah remehkan impian, walau setinggi apa pun. Tuhan sungguh Maha Mendengar.
Bagaimana perjalanan mereka ke
ujung dunia ini dimulai? Siapa horor nomor satu mereka? Apa pengalaman
mendebarkan di tengah malam buta di sebelah sungai tempat jin buang anak?
Bagaimana sampai ada yang kasak-kusuk menjadi mata-mata misterius? Siapa
Princess of Madani yang mereka kejar-kejar? Kenapa mereka harus botak
berkilat-kilat? Bagaimana sampai Icuk Sugiarto, Arnold Schwarzenegger, Ibnu
Rusyd, bahkan Maradona sampai akhirnya ikut campur? Ikuti perjalanan hidup yang
inspiratif ini langsung dari mata para pelakunya. Negeri Lima Menara adalah buku
pertama dari sebuah trilogi.
0 reacties:
Een reactie posten