11-12-2012

SKI


KERAJAAN MALAKA

1. Sejarah
a. Pendiri
Kerajaan Malaka didirikan oleh Parameswara antara tahun 1380-1403 M. Parameswara berasal dari Sriwijaya, dan merupakan putra Raja Sam Agi. Saat itu, ia masih menganut agama Hindu. Ia melarikan diri ke Malaka karena kerajaannya di Sumatera runtuh akibat diserang Majapahit. Pada saat Malaka didirikan, di situ terdapat penduduk asli dari Suku Laut yang hidup sebagai nelayan. Mereka berjumlah lebih kurang tiga puluh keluarga. Raja dan pengikutnya adalah rombongan pendatang yang memiliki tingkat kebudayaan yang jauh lebih tinggi, karena itu, mereka berhasil mempengaruhi masyarakat asli. Kemudian, bersama penduduk asli tersebut, rombongan pendatang mengubah Malaka menjadi sebuah kota yang ramai. Selain menjadikan kota tersebut sebagai pusat perdagangan, rombongan pendatang juga mengajak penduduk asli menanam tanaman yang belum pernah mereka kenal sebelumnya, seperti tebu, pisang, dan rempah-rempah.

Rombongan pendatang juga telah menemukan biji-biji timah di daratan. Dalam perkembangannya, kemudian terjalin hubungan perdagangan yang ramai dengan daratan Sumatera. Salah satu komoditas penting yang diimpor Malaka dari Sumatera saat itu adalah beras. Malaka amat bergantung pada Sumatera dalam memenuhi kebutuhan beras ini, karena persawahan dan perladangan tidak dapat dikembangkan di Malaka. Hal ini kemungkinan disebabkan teknik bersawah yang belum mereka pahami, atau mungkin karena perhatian mereka lebih tercurah pada sektor perdagangan, dengan posisi geografis strategis yang mereka miliki.
Berkaitan dengan asal usul nama Malaka, bisa dirunut dari kisah berikut. Menurut Sejarah Melayu (Malay Annals) yang ditulis Tun Sri Lanang pada tahun 1565, Parameswara melarikan diri dari Tumasik, karena diserang oleh Siam. Dalam pelarian tersebut, ia sampai ke Muar, tetapi ia diganggu biawak yang tidak terkira banyaknya. Kemudian ia pindah ke Burok dan mencoba untuk bertahan disitu, tapi gagal. Kemudian Parameswara berpindah ke Sening Ujong hingga kemudian sampai di Sungai Bertam, sebuah tempat yang terletak di pesisir pantai. Orang-orang Seletar yang mendiami kawasan tersebut kemudian meminta Parameswara menjadi raja. Suatu ketika, ia pergi berburu. Tak disangka, dalam perburuan tersebut, ia melihat salah satu anjing buruannya ditendang oleh seekor pelanduk. Ia sangat terkesan dengan keberanian pelanduk tersebut. Saat itu, ia sedang berteduh di bawah pohon Malaka. Maka, kawasan tersebut kemudian ia namakan Malaka.
Dalam versi lain, dikatakan bahwa sebenarnya nama Malaka berasal dari bahasa Arab Malqa, artinya tempat bertemu. Disebut demikian, karena di tempat inilah para pedagang dari berbagai negeri bertemu dan melakukan transaksi niaga. Demikianlah, entah versi mana yang benar, atau boleh jadi, ada versi lain yang berkembang di masyarakat.

b. Politik Negara
Dalam menjalankan dan menyelenggarakan politik negara, ternyata para sultan menganut paham politik hidup berdampingan secara damai (co-existence policy) yang dijalankan secara efektif. Politik hidup berdampingan secara damai dilakukan melalui hubungan diplomatik dan ikatan perkawinan. Politik ini dilakukan untuk menjaga keamanan internal dan eksternal Malaka. Dua kerajaan besar pada waktu itu yang harus diwaspadai adalah Cina dan Majapahit. Maka, Malaka kemudian menjalin hubungan damai dengan kedua kerajaan besar ini. Sebagai tindak lanjut dari politik negara tersebut, Parameswara kemudian menikah dengan salah seorang putri Majapahit.
Sultan-sultan yang memerintah setelah Prameswara (Muhammad Iskandar Syah)) tetap menjalankan politik bertetangga baik tersebut. Sebagai bukti, Sultan Mansyur Syah (1459—1477) yang memerintah pada masa awal puncak kejayaan Kerajaan Malaka juga menikahi seorang putri Majapahit sebagai permaisurinya. Di samping itu, hubungan baik dengan Cina tetap dijaga dengan saling mengirim utusan. Pada tahun 1405 seorang duta Cina Ceng Ho datang ke Malaka untuk mempertegas kembali persahabatan Cina dengan Malaka. Dengan demikian, kerajaan-kerajaan lain tidak berani menyerang Malaka.
Pada tahun 1411, Raja Malaka balas berkunjung ke Cina beserta istri, putra, dan menterinya. Seluruh rombongan tersebut berjumlah 540 orang. Sesampainya di Cina, Raja Malaka beserta rombongannya disambut secara besar-besaran. Ini merupakan pertanda bahwa, hubungan antara kedua negeri tersebut terjalin dengan baik. Saat akan kembali ke Malaka, Raja Muhammad Iskandar Syah mendapat hadiah dari Kaisar Cina, antara lain ikat pinggang bertatahkan mutu manikam, kuda beserta sadel-sadelnya, seratus ons emas dan perak, 400.000 kwan uang kertas, 2600 untai uang tembaga, 300 helai kain khasa sutra, 1000 helai sutra tulen, dan 2 helai sutra berbunga emas. Dari hadiah-hadiah tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa, dalam pandangan Cina, Malaka adalah kerajaan besar dan diperhitungkan.
Di masa Sultan Mansur Syah, juga terjadi perkawinan antara Hang Li Po, putri Maharaja Yung Lo dari dinasti Ming, dengan Sultan Mansur Shah. Dalam prosesi perkawinan ini, Sultan Mansur Shah mengirim Tun Perpateh Puteh dengan serombongan pengiring ke negeri China untuk menjemput dan membawa Hang Li Po ke Malaka. Rombongan ini tiba di Malaka pada tahun 1458 dengan 500 orang pengiring.
Demikianlah, Malaka terus berusaha menjalankan politik damai dengan kerajaan-kerajaan besar. Dalam melaksanakan politik bertetangga yang baik ini, peran Laksamana Malaka Hang Tuah sangat besar. Laksamana yang kebesaran namanya dapat disamakan dengan Gajah Mada atau Adityawarman ini adalah tangan kanan Sultan Malaka, dan sering dikirim ke luar negeri mengemban tugas kerajaan. Ia menguasai bahasa Keling, Siam dan Cina.

c. Hang Tuah
Hang Tuah lahir di Sungai Duyung Singkep. Ayahnya bernama Hang Machmud dan ibunya bernama Dang Merdu. Kedua orang tuanya adalah rakyat biasa yang hidup sebagai petani dan penangkap ikan.
Keluarga Hang Tuah kemudian pindah ke Pulau Bintan. Di sinilah ia dibesarkan. Dia berguru di Bukit Lengkuas, Bintan Timur. Pada usia yang masih muda, Hang Tuah sudah menunjukkan kepahlawanannya di lautan. Bersama empat orang kawan seperguruannya, yaitu Hang Jebat, Hang Kesturi, Hang Lekir, dan Hang Lekiyu, mereka berhasil menghancurkan perahu-perahu bajak laut di sekitar perairan dan selat-selat di Kepulauan Riau, sekalipun musuh mereka jauh lebih kuat.
Karena kepahlawanan Hang Tuah dan kawan-kawannya tersebut, maka Sultan Kerajaan Malaka mengangkat mereka sebagai prajurit kerajaan. Hang Tuah sendiri kemudian diangkat menjadi Laksamana Panglima Angkatan Laut Kerajaan Malaka. Sedangkan empat orang kawannya tersebut di atas, kelak menjadi prajurit Kerajaan Malaka yang tangguh.
Dalam pengabdiannya demi kebesaran Malaka, Laksamana Hang Tuah dikenal memiliki semboyan berikut.
1. Esa hilang dua terbilang
2. Tak Melayu hilang di bumi.
3. Tuah sakti hamba negeri.
Hingga saat ini, orang Melayu masih mengagungkan Hang Tuah, dan keberadaanya hampir menjadi mitos. Namun demikian, Hang Tuah bukanlah seorang tokoh gaib. Dia meninggal di Malaka dan dimakamkan di tempat asalnya, Sungai Duyung di Singkep.

d. Malaka Sebagai Pusat Penyebaran Agama Islam
Sebelum muncul dan tersebarnya Islam di Semenanjung Arabia, para pedagang Arab telah lama mengadakan hubungan dagang di sepanjang jalan perdagangan antara Laut Merah dengan Negeri Cina. Berkembangnya agama Islam semakin memberikan dorongan pada perkembangan perniagaan Arab, sehingga jumlah kapal maupun kegiatan perdagangan mereka di kawasan timur semakin besar.
Pada abad VIII, para pedagang Arab sudah banyak dijumpai di pelabuhan Negeri Cina. Diceritakan, pada tahun 758 M, Kanton merupakan salah satu tempat tinggal para pedagang Arab. Pada abad IX, di setiap pelabuhan yang terdapat di sepanjang rute perdagangan ke Cina, hampir dapat dipastikan ditemukan sekelompok kecil pedagang Islam. Pada abad XI, mereka juga telah tinggal di Campa dan menikah dengan penduduk asli, sehingga jumlah pemeluk Islam di tempat itu semakin banyak. Namun, rupanya mereka belum aktif berasimilasi dengan kaum pribumi sehingga penyiaran agama Islam tidak mengalami kemajuan.
Sebagai salah satu bandar ramai di kawasan timur, Malaka juga ramai dikunjungi oleh para pedagang Islam. Lambat laun, agama ini mulai menyebar di Malaka. Dalam perkembangannya, raja pertama Malaka, yaitu Prameswara akhirnya masuk Islam pada tahun 1414 M. Dengan masuknya raja ke dalam agama Islam, maka Islam kemudian menjadi agama resmi di Kerajaan Malaka, sehingga banyak rakyatnya yang ikut masuk Islam.
Selanjutnya, Malaka berkembang menjadi pusat perkembangan agama Islam di Asia Tenggara, hingga mencapai puncak kejayaan di masa pemeritahan Sultan Mansyur Syah (1459—1477). Kebesaran Malaka ini berjalan seiring dengan perkembangan agama Islam. Negeri-negeri yang berada di bawah taklukan Malaka banyak yang memeluk agama Islam. Untuk mempercepat proses penyebaran Islam, maka dilakukan perkawinan antarkeluarga.
Malaka juga banyak memiliki tentara bayaran yang berasal dari Jawa. Selama tinggal di Malaka, para tentara ini akhirnya memeluk Islam. Ketika mereka kembali ke Jawa, secara tidak langsung, mereka telah membantu proses penyeberan Islam di tanah Jawa. Dari Malaka, Islam kemudian tersebar hingga Jawa, Kalimantan Barat, Brunei, Sulu dan Mindanau (Filipina Selatan).
Malaka runtuh akibat serangan Portugis pada 24 Agustus 1511, yang dipimpin oleh Alfonso de Albuquerque. Sejak saat itu, para keluarga kerajaan menyingkir ke negeri lain.

2. Silsilah
Raja/Sultan yang memerintah di Malaka adalah sebagai berikut:
1. Permaisura yang bergelar Muhammad Iskandar Syah (1380—1424)
2. Sri Maharaja (1424—1444)
3. Sri Prameswara Dewa Syah (1444—1445)
4. Sultan Muzaffar Syah (1445—1459)
5. Sultan Mansur Syah (1459—1477)
6. Sultan Alauddin Riayat Syah (1477—1488)
7. Sultan Mahmud Syah (1488—1551)

3. Periode Pemerintahan
Setelah Parameswara masuk Islam, ia mengubah namanya menjadi Muhammad Iskandar Syah pada tahun 1406, dan menjadi Sultan Malaka I. Kemudian, ia kawin dengan putri Sultan Zainal Abidin dari Pasai. Posisi Malaka yang sangat strategis menyebabkannya cepat berkembang dan menjadi pelabuhan yang ramai. Akhir kesultanan Malaka terjadi ketika wilayah ini direbut oleh Portugis yang dipimpin oleh Alfonso d’albuquerque pada tahun 1511. Saat itu, yang berkuasa di Malaka adalah Sultan Mahmud Syah.
Usia Malaka ternyata cukup pendek, hanya satu setengah abad. Sebenarnya, pada tahun 1512, Sultan Mahmud Syah yang dibantu Dipati Unus menyerang Malaka, namun gagal merebut kembali wilayah ini dari Portugis. Sejarah Melayu tidak berhenti sampai di sini. Sultan Melayu segera memindahkan pemerintahannya ke Muara, kemudian ke Pahang, Bintan Riau, Kampar, kemudian kembali ke Johor dan terakhir kembali ke Bintan. Begitulah, dari dahulu bangsa Melayu ini tidak dapat dipisahkan. Kolonialisme Baratlah yang memecah belah persatuan dan kesatuan Melayu.

4. Wilayah Kekuasaan.
Dalam masa kejayaannya, Malaka mempunyai kontrol atas daerah-daerah berikut:
1. Semenanjung Tanah Melayu (Patani, Ligor, Kelantan, Trenggano, dan sebagainya).
2. Daerah Kepulauan Riau.
3. Pesisir Timur Sumatra bagian tengah.
4. Brunai dan Serawak.
5. Tanjungpura (Kalimantan Barat).
Sedangkan daerah yang diperoleh dari Majapahit secara diplomasi adalah sebagai berikut.
1. Indragiri.
2. Palembang.
3. Pulau Jemaja, Tambelan, Siantan, dan Bunguran.


SENI BUDAYA


Teather Khon dari Thailand 



 

Ceritanya mendalamnya bangsa Thai mendalami cerita Ramayana, bangsa Thailand menganggap cerita Ramayana tempat kejadiannya di Thailand. Disana ada bekas kerajaan Ayutthaya (Ayodhya) tempat tinggal Rama, tokoh sentral dari cerita Ramayana.

Cerita dari Drama Tari Topeng 'Khon' adalah bentuk tertinggi dari enam drama tari tradisional Thailand.

Drama Khon juga memiliki dua karakter yakni sisi baik dan sisi jahat. sisi baik diwakili oleh Rama dan saudaranya Laksmana berbusana pakaian ala ksatria berwarna perak dengan bahu ada hiasan melengkung seperti tanduk. Mahkota yang dikenakan mirip hiasan-hiasan candi yang ada di Thailand, meruncing ke atas menyerupai stupa. Yang membedakan sisi baik dan sisi jahat adalah pada mahkota dan pemakaian topeng Khon. Sisi jahat mahkotanya bergambar dua kepala raksasa yang bermuka hitam menyerupai topeng yang dikenakan pemainnya, serta memakai Khon (topeng).



Gamelan atau musik pengiring dalam drama Khon terdiri dari dua buah gamelan yang mirip gambang dalam gamelan Jawa dan satu yang menyerupai Bonang hanya bentuknya melingkar, satu gendang dan satu alat gesek mirip rebab dan alat tiup mirip seruling. Dan dua dalang, pria dan wanita yang menjadi penyampai cerita dan dialog. Suara dalang mendayu-dayu seperti seorang pendeta yang sedang merapalkan mantra.

Drama Khon hanya mengambil cerita dari “Ramakien” atau Ramayana. Cerita diawali ketika Rama, Laksmana dan Sinta sedang bercengkerama di hutan dandaka dan digoda oleh kijang emas yang ternyata penjelmaan dari raksasa Kota Longka (Alengka). Sinta diculik oleh Thotsakan (Rahwana) yang menjelma sebagai seorang pertapa miskin. Hanya dalam cerita versi Thailand ini tidak ada Jatayu (burung raksasa) yang berusaha merebut Sinta dari tangan Rahwana (berarti orang Indonesia kreatif dalam meramu, membumbui cerita). Rama dibantu Hanoman dan pasukan kera menyerbu Alengka dan merebut kembali Sinta.

Khon bersumber pada cerita Ramayana yang dalam bahasa Thailand disebut Ramakien (keagungan Rama). Bagian Ramayana yang paling digemari di Thailand adalah ketika Rahwana muncul dengan sepuluh mukanya atau Thosakan.



Khon mula-mula digarap di keraton sejak Raja Rama i. Kemudian, dipertontonkan untuk umum sejak pemerintahanRaja Rama VI, dilanjutkan oleh anaknya Raja Rama VII yang paling giat mengembangkannya.

Perangkat musik yang digunakan untuk mengiringi Khon disebut Piphat. Piphat terdiri atas alat musik tiup, gendang, gambang, dan kecrek. Teater tertua di Thailand adalah Lakhon. Semul Lakhon ini hanya berupa tari pemujaan pada arwah leluhur yang disebut Lakhon Jatri. Jatri artinya leluhur.

SENI BUDAYA

Teater Noh Jepang

Noh/ Operan dari Jepang




      Teater tradisional tertua di Jepang adalah Noh yang berusia lebih dari 400 tahun. Ini adalah bentuk opera Jepang yang biasanya dimainkan oleh laki-laki. 


      Noh merupakan pertunjukan yang dimainkan sejak abad ke-14. Noh tersusun atas mai (tarian), hayashi (musik) dan utai (kata-kata yang biasanya dalam lagu-lagu). 


      Pelakon menggunakan topeng dan menari secara lambat. Zeami Motokiyo dan ayahnya Kan'ami membawa Noh kepada bentuk terkininya selama masa Muromachi.


      Ciri khas lainnya adalah sang aktor utama yang berpakaian kostum sutera bersulam warna-warni, dan mengenakan topeng kayu berlapis lacquer. Topeng topeng itu menggambarkan tokoh-tokoh seperti orang yang sudah tua, wanita muda atau tua, dewa, hantu, dan anak laki-laki.


      Teater yang langsung dikelola Pemerintah Pusat Jepang ini merupakan drama tradisional tertua Jepang, populer dengan sebutan Noh. Pusat Noh berada di distrik Shibuya, Tokyo Barat. Pusat kegiatan Noh ini  terdapat gedung teater dan pusat studi, pelatihan, dan penelitian kesenian Noh.

  


Potongan teater Noh diklasifikasikan dalam 5 kelompok.

·       Divine; pahlawannya bagaikan Tuhan, tokoh akhirat dsb. Pahlawannya berdoa di akhir drama. 

·       Shura-mono (Jawara); pahlawan (jarang pahlawati) ialah jawara, biasanya hampir mati.

·       Kazura-mono (Wanita); pahlawati dan sering romantika cintanya menjadi fokus.

·       Zatsu-no (Serbaneka) ; Noh yang tidak bisa dikelompokkan atas 4 kelompok lainnya.

·       Oni-noh (Oni; setan) ; bukan manusia, seperti oni, tengu, peri, singa ialah pahlawan dari jenis ini. Terutama dimainkan di akhir drama.


PELAKON NOH


      Biasanya, semua pelakon Noh ialah laki-laki. Jadi apabila ada seorang wanita atau anak perempuan muncul itu berarti aktor pria memainkan perannya dengan mengenakan topeng wanita.


      Ada 3 macam pelakon Noh: shite, waki dan kyogen. Shite memerankan pahlawan maupun pahlawati. Ia berbicara, menyanyi, dan menari. 


      Waki (berarti "pihak") berperan sebaai kawan Shite, dan biasanya memerankan peran pelancong di tempat tertentu. Ia memperkenalkan pemirsa dengan dunia drama. 


      Kyogen muncul di pertengahan drama jika memiliki 2 bagian, dan berperan sebagai warga lokal. Ia berbicara kepada Waki dan menyuruhnya melihat apa yang belum dilihatnya sebelum pembicaraan mereka.


      Drama ini seperti tarian topeng khas Jawa. Para pemainnya selalu menggunakan penutup muka sesuai peran yang mereka mainkan. Maka tak heran, Teater Nasional Noh memiliki puluhan jenis topeng untuk beragam peran. 


      Mulai dari topeng beraut orang tua, wanita cantik, lelaki berperangai buruk, setan, monster, dan tak lupa kaum dewa. Sebagian besar berdialog dengan diiringi alunan suara yang keluar dari beragam alat musik tradisional Jepang. Misanya Kato, gitar klasik Jepang, maupun gendang dan suling.


      Opera khas negara ini pun memiliki variasi tema. Tapi, setidaknya bisa dikategorikan dalam lima tema utama. Cerita bertema Kamimono akan bertutur tentang bagaimana menyembah para dewa, serta pernak pernik dunia kahyangan. Di atas panggung berlantai kayu cemara berumur 400 tahun itu, seniman Kamimono juga akan menunjukkan kebersihan jiwa manusia sebelum menjadi dewa.


      Noh juga kerap mementaskan bagaimana serunya era shogun. Kehidupan kaum samurai dengan gamblang mereka narasikan di hari pentas yang bertema Shuramono. 


      Takashi Watanabe, pria Jepang yang menjadi salah seorangku saat menyusuri area Teater Noh, menganggap Shuramono sebagai cerita paling seru dari drama Noh. “Banyak berkisah tentang perang, kepahlawanan, kekerasan, chaos, dan penderitaan kaum yang kalah,” jelasnya. Bahkan, perang pun melibatkan sosok hantu yang selalu dianggap musuh.


      Jangan salah, Noh juga seringkali mementaskan drama sentimentil. Kazuramono, begitu sebutannya. Tema ini banyak mengangkat peran wanita dalam kehidupan masa lalu Jepang yang keras dan kaku. Dengan lagu begitu menyentuh, karena banyak bercerita tentang pengorbanan wanita dalam ritual menebus dosa maupun kesedihan setelah perang berakhir. 


      Ada lagi drama Kuruimono yang akan memperkenalkan penontonnya ke alam roh, orang gila, maupun kepasrahan manusia. Dedemit, mahluk gaib di hutan, maupun transfigurasi manusia yang mendalami ilmu-ilmu gaib tertentu.

LIRIK LAGU

A THOUSAND YEARS


Heartbeats fast
Colors and promises
How to be brave
How can I love when I'm afraid to fall
But watching you stand alone
All of my doubt suddenly goes away somehow
One step closer

I have died everyday waiting for you
Darling don't be afraid I have loved you
For a thousand years
I love you for a thousand more

Time stands still
Beauty in all she is
I will be brave
I will not let anything take away
What's standing in front of me
Every breath
Every hour has come to this
One step closer

I have died everyday waiting for you
Darling don't be afraid I have loved you
For a thousand years
I love you for a thousand more

And all along I believed I would find you

Time has brought your heart to me
I have loved you for a thousand years
I love you for a thousand more

One step closer
One step closer

I have died everyday waiting for you
Darling don't be afraid I have loved you
For a thousand years
I love you for a thousand more

And all along I believed I would find you
Time has brought your heart to me
I have loved you for a thousand years
I love you for a thousand more


LIRIK LAGU


THIS IS ME

I've always been the kind of girl
That hid my face
So afraid to tell the world
What I've got to say
But I have this dream
Right inside of me
I'm gonna let it show, it's time
To let you know
To let you know

This is real, this is me
I'm exactly where I'm supposed to be, now
Gonna let the light, shine on me
Now I've found, who I am
There's no way to hold it in
No more hiding who I want to be
This is me

Do you know what it's like
To feel so in the dark
To dream about a life
Where you're the shining star
Even though it seems
Like it's too far away
I have to believe in myself
It's the only way

This is real, This is me
I'm exactly where I'm supposed to be, now
Gonna let the light, shine on me
Now I've found, who I am
There's no way to hold it in
No more hiding who I want to be
This is me

You're the voice I hear inside my head
The reason that I'm singing
I need to find you, I gotta find you
You're the missing piece I need
The song inside of me
I need to find you, I gotta find you

This is real, this is me
I'm exactly where I'm supposed to be, now
Gonna let the light, shine on me
Now I've found, who I am
There's no way to hold it in
No more hiding who I want to be
This is me
You're the missing piece I need
The song inside of me (this is me)
You're the voice I hear inside my head
The reason that I'm singing
Now I've found, who I am
There's no way to hold it in
No more hiding who I want to be
This is me

LIRIK LAGU


LANTUNAN AYAT

Betapa indah lantunan ayat-Mu (ya Allah)
Menyentuh semua hati yang rindu 
Di kala susah karena musibah 
Di kala merintih karena sedih

Ya Allah tundukkanlah hati kami 
Tuk Selalu lantunkan Al Qur'an suci 
Dibaca di rumah, juga di sekolah 
Dimana-mana di negeri ini

Ayat Al-Qur'an kita lantunkan 
Tingkatkan iman dan ketaqwaan 
Di kala susah saat bahagia 
Rahmat melimpah dan berkahNya



SKI

0


KERAJAAN MALAKA

1. Sejarah
a. Pendiri
Kerajaan Malaka didirikan oleh Parameswara antara tahun 1380-1403 M. Parameswara berasal dari Sriwijaya, dan merupakan putra Raja Sam Agi. Saat itu, ia masih menganut agama Hindu. Ia melarikan diri ke Malaka karena kerajaannya di Sumatera runtuh akibat diserang Majapahit. Pada saat Malaka didirikan, di situ terdapat penduduk asli dari Suku Laut yang hidup sebagai nelayan. Mereka berjumlah lebih kurang tiga puluh keluarga. Raja dan pengikutnya adalah rombongan pendatang yang memiliki tingkat kebudayaan yang jauh lebih tinggi, karena itu, mereka berhasil mempengaruhi masyarakat asli. Kemudian, bersama penduduk asli tersebut, rombongan pendatang mengubah Malaka menjadi sebuah kota yang ramai. Selain menjadikan kota tersebut sebagai pusat perdagangan, rombongan pendatang juga mengajak penduduk asli menanam tanaman yang belum pernah mereka kenal sebelumnya, seperti tebu, pisang, dan rempah-rempah.

Rombongan pendatang juga telah menemukan biji-biji timah di daratan. Dalam perkembangannya, kemudian terjalin hubungan perdagangan yang ramai dengan daratan Sumatera. Salah satu komoditas penting yang diimpor Malaka dari Sumatera saat itu adalah beras. Malaka amat bergantung pada Sumatera dalam memenuhi kebutuhan beras ini, karena persawahan dan perladangan tidak dapat dikembangkan di Malaka. Hal ini kemungkinan disebabkan teknik bersawah yang belum mereka pahami, atau mungkin karena perhatian mereka lebih tercurah pada sektor perdagangan, dengan posisi geografis strategis yang mereka miliki.
Berkaitan dengan asal usul nama Malaka, bisa dirunut dari kisah berikut. Menurut Sejarah Melayu (Malay Annals) yang ditulis Tun Sri Lanang pada tahun 1565, Parameswara melarikan diri dari Tumasik, karena diserang oleh Siam. Dalam pelarian tersebut, ia sampai ke Muar, tetapi ia diganggu biawak yang tidak terkira banyaknya. Kemudian ia pindah ke Burok dan mencoba untuk bertahan disitu, tapi gagal. Kemudian Parameswara berpindah ke Sening Ujong hingga kemudian sampai di Sungai Bertam, sebuah tempat yang terletak di pesisir pantai. Orang-orang Seletar yang mendiami kawasan tersebut kemudian meminta Parameswara menjadi raja. Suatu ketika, ia pergi berburu. Tak disangka, dalam perburuan tersebut, ia melihat salah satu anjing buruannya ditendang oleh seekor pelanduk. Ia sangat terkesan dengan keberanian pelanduk tersebut. Saat itu, ia sedang berteduh di bawah pohon Malaka. Maka, kawasan tersebut kemudian ia namakan Malaka.
Dalam versi lain, dikatakan bahwa sebenarnya nama Malaka berasal dari bahasa Arab Malqa, artinya tempat bertemu. Disebut demikian, karena di tempat inilah para pedagang dari berbagai negeri bertemu dan melakukan transaksi niaga. Demikianlah, entah versi mana yang benar, atau boleh jadi, ada versi lain yang berkembang di masyarakat.

b. Politik Negara
Dalam menjalankan dan menyelenggarakan politik negara, ternyata para sultan menganut paham politik hidup berdampingan secara damai (co-existence policy) yang dijalankan secara efektif. Politik hidup berdampingan secara damai dilakukan melalui hubungan diplomatik dan ikatan perkawinan. Politik ini dilakukan untuk menjaga keamanan internal dan eksternal Malaka. Dua kerajaan besar pada waktu itu yang harus diwaspadai adalah Cina dan Majapahit. Maka, Malaka kemudian menjalin hubungan damai dengan kedua kerajaan besar ini. Sebagai tindak lanjut dari politik negara tersebut, Parameswara kemudian menikah dengan salah seorang putri Majapahit.
Sultan-sultan yang memerintah setelah Prameswara (Muhammad Iskandar Syah)) tetap menjalankan politik bertetangga baik tersebut. Sebagai bukti, Sultan Mansyur Syah (1459—1477) yang memerintah pada masa awal puncak kejayaan Kerajaan Malaka juga menikahi seorang putri Majapahit sebagai permaisurinya. Di samping itu, hubungan baik dengan Cina tetap dijaga dengan saling mengirim utusan. Pada tahun 1405 seorang duta Cina Ceng Ho datang ke Malaka untuk mempertegas kembali persahabatan Cina dengan Malaka. Dengan demikian, kerajaan-kerajaan lain tidak berani menyerang Malaka.
Pada tahun 1411, Raja Malaka balas berkunjung ke Cina beserta istri, putra, dan menterinya. Seluruh rombongan tersebut berjumlah 540 orang. Sesampainya di Cina, Raja Malaka beserta rombongannya disambut secara besar-besaran. Ini merupakan pertanda bahwa, hubungan antara kedua negeri tersebut terjalin dengan baik. Saat akan kembali ke Malaka, Raja Muhammad Iskandar Syah mendapat hadiah dari Kaisar Cina, antara lain ikat pinggang bertatahkan mutu manikam, kuda beserta sadel-sadelnya, seratus ons emas dan perak, 400.000 kwan uang kertas, 2600 untai uang tembaga, 300 helai kain khasa sutra, 1000 helai sutra tulen, dan 2 helai sutra berbunga emas. Dari hadiah-hadiah tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa, dalam pandangan Cina, Malaka adalah kerajaan besar dan diperhitungkan.
Di masa Sultan Mansur Syah, juga terjadi perkawinan antara Hang Li Po, putri Maharaja Yung Lo dari dinasti Ming, dengan Sultan Mansur Shah. Dalam prosesi perkawinan ini, Sultan Mansur Shah mengirim Tun Perpateh Puteh dengan serombongan pengiring ke negeri China untuk menjemput dan membawa Hang Li Po ke Malaka. Rombongan ini tiba di Malaka pada tahun 1458 dengan 500 orang pengiring.
Demikianlah, Malaka terus berusaha menjalankan politik damai dengan kerajaan-kerajaan besar. Dalam melaksanakan politik bertetangga yang baik ini, peran Laksamana Malaka Hang Tuah sangat besar. Laksamana yang kebesaran namanya dapat disamakan dengan Gajah Mada atau Adityawarman ini adalah tangan kanan Sultan Malaka, dan sering dikirim ke luar negeri mengemban tugas kerajaan. Ia menguasai bahasa Keling, Siam dan Cina.

c. Hang Tuah
Hang Tuah lahir di Sungai Duyung Singkep. Ayahnya bernama Hang Machmud dan ibunya bernama Dang Merdu. Kedua orang tuanya adalah rakyat biasa yang hidup sebagai petani dan penangkap ikan.
Keluarga Hang Tuah kemudian pindah ke Pulau Bintan. Di sinilah ia dibesarkan. Dia berguru di Bukit Lengkuas, Bintan Timur. Pada usia yang masih muda, Hang Tuah sudah menunjukkan kepahlawanannya di lautan. Bersama empat orang kawan seperguruannya, yaitu Hang Jebat, Hang Kesturi, Hang Lekir, dan Hang Lekiyu, mereka berhasil menghancurkan perahu-perahu bajak laut di sekitar perairan dan selat-selat di Kepulauan Riau, sekalipun musuh mereka jauh lebih kuat.
Karena kepahlawanan Hang Tuah dan kawan-kawannya tersebut, maka Sultan Kerajaan Malaka mengangkat mereka sebagai prajurit kerajaan. Hang Tuah sendiri kemudian diangkat menjadi Laksamana Panglima Angkatan Laut Kerajaan Malaka. Sedangkan empat orang kawannya tersebut di atas, kelak menjadi prajurit Kerajaan Malaka yang tangguh.
Dalam pengabdiannya demi kebesaran Malaka, Laksamana Hang Tuah dikenal memiliki semboyan berikut.
1. Esa hilang dua terbilang
2. Tak Melayu hilang di bumi.
3. Tuah sakti hamba negeri.
Hingga saat ini, orang Melayu masih mengagungkan Hang Tuah, dan keberadaanya hampir menjadi mitos. Namun demikian, Hang Tuah bukanlah seorang tokoh gaib. Dia meninggal di Malaka dan dimakamkan di tempat asalnya, Sungai Duyung di Singkep.

d. Malaka Sebagai Pusat Penyebaran Agama Islam
Sebelum muncul dan tersebarnya Islam di Semenanjung Arabia, para pedagang Arab telah lama mengadakan hubungan dagang di sepanjang jalan perdagangan antara Laut Merah dengan Negeri Cina. Berkembangnya agama Islam semakin memberikan dorongan pada perkembangan perniagaan Arab, sehingga jumlah kapal maupun kegiatan perdagangan mereka di kawasan timur semakin besar.
Pada abad VIII, para pedagang Arab sudah banyak dijumpai di pelabuhan Negeri Cina. Diceritakan, pada tahun 758 M, Kanton merupakan salah satu tempat tinggal para pedagang Arab. Pada abad IX, di setiap pelabuhan yang terdapat di sepanjang rute perdagangan ke Cina, hampir dapat dipastikan ditemukan sekelompok kecil pedagang Islam. Pada abad XI, mereka juga telah tinggal di Campa dan menikah dengan penduduk asli, sehingga jumlah pemeluk Islam di tempat itu semakin banyak. Namun, rupanya mereka belum aktif berasimilasi dengan kaum pribumi sehingga penyiaran agama Islam tidak mengalami kemajuan.
Sebagai salah satu bandar ramai di kawasan timur, Malaka juga ramai dikunjungi oleh para pedagang Islam. Lambat laun, agama ini mulai menyebar di Malaka. Dalam perkembangannya, raja pertama Malaka, yaitu Prameswara akhirnya masuk Islam pada tahun 1414 M. Dengan masuknya raja ke dalam agama Islam, maka Islam kemudian menjadi agama resmi di Kerajaan Malaka, sehingga banyak rakyatnya yang ikut masuk Islam.
Selanjutnya, Malaka berkembang menjadi pusat perkembangan agama Islam di Asia Tenggara, hingga mencapai puncak kejayaan di masa pemeritahan Sultan Mansyur Syah (1459—1477). Kebesaran Malaka ini berjalan seiring dengan perkembangan agama Islam. Negeri-negeri yang berada di bawah taklukan Malaka banyak yang memeluk agama Islam. Untuk mempercepat proses penyebaran Islam, maka dilakukan perkawinan antarkeluarga.
Malaka juga banyak memiliki tentara bayaran yang berasal dari Jawa. Selama tinggal di Malaka, para tentara ini akhirnya memeluk Islam. Ketika mereka kembali ke Jawa, secara tidak langsung, mereka telah membantu proses penyeberan Islam di tanah Jawa. Dari Malaka, Islam kemudian tersebar hingga Jawa, Kalimantan Barat, Brunei, Sulu dan Mindanau (Filipina Selatan).
Malaka runtuh akibat serangan Portugis pada 24 Agustus 1511, yang dipimpin oleh Alfonso de Albuquerque. Sejak saat itu, para keluarga kerajaan menyingkir ke negeri lain.

2. Silsilah
Raja/Sultan yang memerintah di Malaka adalah sebagai berikut:
1. Permaisura yang bergelar Muhammad Iskandar Syah (1380—1424)
2. Sri Maharaja (1424—1444)
3. Sri Prameswara Dewa Syah (1444—1445)
4. Sultan Muzaffar Syah (1445—1459)
5. Sultan Mansur Syah (1459—1477)
6. Sultan Alauddin Riayat Syah (1477—1488)
7. Sultan Mahmud Syah (1488—1551)

3. Periode Pemerintahan
Setelah Parameswara masuk Islam, ia mengubah namanya menjadi Muhammad Iskandar Syah pada tahun 1406, dan menjadi Sultan Malaka I. Kemudian, ia kawin dengan putri Sultan Zainal Abidin dari Pasai. Posisi Malaka yang sangat strategis menyebabkannya cepat berkembang dan menjadi pelabuhan yang ramai. Akhir kesultanan Malaka terjadi ketika wilayah ini direbut oleh Portugis yang dipimpin oleh Alfonso d’albuquerque pada tahun 1511. Saat itu, yang berkuasa di Malaka adalah Sultan Mahmud Syah.
Usia Malaka ternyata cukup pendek, hanya satu setengah abad. Sebenarnya, pada tahun 1512, Sultan Mahmud Syah yang dibantu Dipati Unus menyerang Malaka, namun gagal merebut kembali wilayah ini dari Portugis. Sejarah Melayu tidak berhenti sampai di sini. Sultan Melayu segera memindahkan pemerintahannya ke Muara, kemudian ke Pahang, Bintan Riau, Kampar, kemudian kembali ke Johor dan terakhir kembali ke Bintan. Begitulah, dari dahulu bangsa Melayu ini tidak dapat dipisahkan. Kolonialisme Baratlah yang memecah belah persatuan dan kesatuan Melayu.

4. Wilayah Kekuasaan.
Dalam masa kejayaannya, Malaka mempunyai kontrol atas daerah-daerah berikut:
1. Semenanjung Tanah Melayu (Patani, Ligor, Kelantan, Trenggano, dan sebagainya).
2. Daerah Kepulauan Riau.
3. Pesisir Timur Sumatra bagian tengah.
4. Brunai dan Serawak.
5. Tanjungpura (Kalimantan Barat).
Sedangkan daerah yang diperoleh dari Majapahit secara diplomasi adalah sebagai berikut.
1. Indragiri.
2. Palembang.
3. Pulau Jemaja, Tambelan, Siantan, dan Bunguran.


SENI BUDAYA

0


Teather Khon dari Thailand 



 

Ceritanya mendalamnya bangsa Thai mendalami cerita Ramayana, bangsa Thailand menganggap cerita Ramayana tempat kejadiannya di Thailand. Disana ada bekas kerajaan Ayutthaya (Ayodhya) tempat tinggal Rama, tokoh sentral dari cerita Ramayana.

Cerita dari Drama Tari Topeng 'Khon' adalah bentuk tertinggi dari enam drama tari tradisional Thailand.

Drama Khon juga memiliki dua karakter yakni sisi baik dan sisi jahat. sisi baik diwakili oleh Rama dan saudaranya Laksmana berbusana pakaian ala ksatria berwarna perak dengan bahu ada hiasan melengkung seperti tanduk. Mahkota yang dikenakan mirip hiasan-hiasan candi yang ada di Thailand, meruncing ke atas menyerupai stupa. Yang membedakan sisi baik dan sisi jahat adalah pada mahkota dan pemakaian topeng Khon. Sisi jahat mahkotanya bergambar dua kepala raksasa yang bermuka hitam menyerupai topeng yang dikenakan pemainnya, serta memakai Khon (topeng).



Gamelan atau musik pengiring dalam drama Khon terdiri dari dua buah gamelan yang mirip gambang dalam gamelan Jawa dan satu yang menyerupai Bonang hanya bentuknya melingkar, satu gendang dan satu alat gesek mirip rebab dan alat tiup mirip seruling. Dan dua dalang, pria dan wanita yang menjadi penyampai cerita dan dialog. Suara dalang mendayu-dayu seperti seorang pendeta yang sedang merapalkan mantra.

Drama Khon hanya mengambil cerita dari “Ramakien” atau Ramayana. Cerita diawali ketika Rama, Laksmana dan Sinta sedang bercengkerama di hutan dandaka dan digoda oleh kijang emas yang ternyata penjelmaan dari raksasa Kota Longka (Alengka). Sinta diculik oleh Thotsakan (Rahwana) yang menjelma sebagai seorang pertapa miskin. Hanya dalam cerita versi Thailand ini tidak ada Jatayu (burung raksasa) yang berusaha merebut Sinta dari tangan Rahwana (berarti orang Indonesia kreatif dalam meramu, membumbui cerita). Rama dibantu Hanoman dan pasukan kera menyerbu Alengka dan merebut kembali Sinta.

Khon bersumber pada cerita Ramayana yang dalam bahasa Thailand disebut Ramakien (keagungan Rama). Bagian Ramayana yang paling digemari di Thailand adalah ketika Rahwana muncul dengan sepuluh mukanya atau Thosakan.



Khon mula-mula digarap di keraton sejak Raja Rama i. Kemudian, dipertontonkan untuk umum sejak pemerintahanRaja Rama VI, dilanjutkan oleh anaknya Raja Rama VII yang paling giat mengembangkannya.

Perangkat musik yang digunakan untuk mengiringi Khon disebut Piphat. Piphat terdiri atas alat musik tiup, gendang, gambang, dan kecrek. Teater tertua di Thailand adalah Lakhon. Semul Lakhon ini hanya berupa tari pemujaan pada arwah leluhur yang disebut Lakhon Jatri. Jatri artinya leluhur.

SENI BUDAYA

0

Teater Noh Jepang

Noh/ Operan dari Jepang




      Teater tradisional tertua di Jepang adalah Noh yang berusia lebih dari 400 tahun. Ini adalah bentuk opera Jepang yang biasanya dimainkan oleh laki-laki. 


      Noh merupakan pertunjukan yang dimainkan sejak abad ke-14. Noh tersusun atas mai (tarian), hayashi (musik) dan utai (kata-kata yang biasanya dalam lagu-lagu). 


      Pelakon menggunakan topeng dan menari secara lambat. Zeami Motokiyo dan ayahnya Kan'ami membawa Noh kepada bentuk terkininya selama masa Muromachi.


      Ciri khas lainnya adalah sang aktor utama yang berpakaian kostum sutera bersulam warna-warni, dan mengenakan topeng kayu berlapis lacquer. Topeng topeng itu menggambarkan tokoh-tokoh seperti orang yang sudah tua, wanita muda atau tua, dewa, hantu, dan anak laki-laki.


      Teater yang langsung dikelola Pemerintah Pusat Jepang ini merupakan drama tradisional tertua Jepang, populer dengan sebutan Noh. Pusat Noh berada di distrik Shibuya, Tokyo Barat. Pusat kegiatan Noh ini  terdapat gedung teater dan pusat studi, pelatihan, dan penelitian kesenian Noh.

  


Potongan teater Noh diklasifikasikan dalam 5 kelompok.

·       Divine; pahlawannya bagaikan Tuhan, tokoh akhirat dsb. Pahlawannya berdoa di akhir drama. 

·       Shura-mono (Jawara); pahlawan (jarang pahlawati) ialah jawara, biasanya hampir mati.

·       Kazura-mono (Wanita); pahlawati dan sering romantika cintanya menjadi fokus.

·       Zatsu-no (Serbaneka) ; Noh yang tidak bisa dikelompokkan atas 4 kelompok lainnya.

·       Oni-noh (Oni; setan) ; bukan manusia, seperti oni, tengu, peri, singa ialah pahlawan dari jenis ini. Terutama dimainkan di akhir drama.


PELAKON NOH


      Biasanya, semua pelakon Noh ialah laki-laki. Jadi apabila ada seorang wanita atau anak perempuan muncul itu berarti aktor pria memainkan perannya dengan mengenakan topeng wanita.


      Ada 3 macam pelakon Noh: shite, waki dan kyogen. Shite memerankan pahlawan maupun pahlawati. Ia berbicara, menyanyi, dan menari. 


      Waki (berarti "pihak") berperan sebaai kawan Shite, dan biasanya memerankan peran pelancong di tempat tertentu. Ia memperkenalkan pemirsa dengan dunia drama. 


      Kyogen muncul di pertengahan drama jika memiliki 2 bagian, dan berperan sebagai warga lokal. Ia berbicara kepada Waki dan menyuruhnya melihat apa yang belum dilihatnya sebelum pembicaraan mereka.


      Drama ini seperti tarian topeng khas Jawa. Para pemainnya selalu menggunakan penutup muka sesuai peran yang mereka mainkan. Maka tak heran, Teater Nasional Noh memiliki puluhan jenis topeng untuk beragam peran. 


      Mulai dari topeng beraut orang tua, wanita cantik, lelaki berperangai buruk, setan, monster, dan tak lupa kaum dewa. Sebagian besar berdialog dengan diiringi alunan suara yang keluar dari beragam alat musik tradisional Jepang. Misanya Kato, gitar klasik Jepang, maupun gendang dan suling.


      Opera khas negara ini pun memiliki variasi tema. Tapi, setidaknya bisa dikategorikan dalam lima tema utama. Cerita bertema Kamimono akan bertutur tentang bagaimana menyembah para dewa, serta pernak pernik dunia kahyangan. Di atas panggung berlantai kayu cemara berumur 400 tahun itu, seniman Kamimono juga akan menunjukkan kebersihan jiwa manusia sebelum menjadi dewa.


      Noh juga kerap mementaskan bagaimana serunya era shogun. Kehidupan kaum samurai dengan gamblang mereka narasikan di hari pentas yang bertema Shuramono. 


      Takashi Watanabe, pria Jepang yang menjadi salah seorangku saat menyusuri area Teater Noh, menganggap Shuramono sebagai cerita paling seru dari drama Noh. “Banyak berkisah tentang perang, kepahlawanan, kekerasan, chaos, dan penderitaan kaum yang kalah,” jelasnya. Bahkan, perang pun melibatkan sosok hantu yang selalu dianggap musuh.


      Jangan salah, Noh juga seringkali mementaskan drama sentimentil. Kazuramono, begitu sebutannya. Tema ini banyak mengangkat peran wanita dalam kehidupan masa lalu Jepang yang keras dan kaku. Dengan lagu begitu menyentuh, karena banyak bercerita tentang pengorbanan wanita dalam ritual menebus dosa maupun kesedihan setelah perang berakhir. 


      Ada lagi drama Kuruimono yang akan memperkenalkan penontonnya ke alam roh, orang gila, maupun kepasrahan manusia. Dedemit, mahluk gaib di hutan, maupun transfigurasi manusia yang mendalami ilmu-ilmu gaib tertentu.

LIRIK LAGU

0

A THOUSAND YEARS


Heartbeats fast
Colors and promises
How to be brave
How can I love when I'm afraid to fall
But watching you stand alone
All of my doubt suddenly goes away somehow
One step closer

I have died everyday waiting for you
Darling don't be afraid I have loved you
For a thousand years
I love you for a thousand more

Time stands still
Beauty in all she is
I will be brave
I will not let anything take away
What's standing in front of me
Every breath
Every hour has come to this
One step closer

I have died everyday waiting for you
Darling don't be afraid I have loved you
For a thousand years
I love you for a thousand more

And all along I believed I would find you

Time has brought your heart to me
I have loved you for a thousand years
I love you for a thousand more

One step closer
One step closer

I have died everyday waiting for you
Darling don't be afraid I have loved you
For a thousand years
I love you for a thousand more

And all along I believed I would find you
Time has brought your heart to me
I have loved you for a thousand years
I love you for a thousand more


LIRIK LAGU

0


THIS IS ME

I've always been the kind of girl
That hid my face
So afraid to tell the world
What I've got to say
But I have this dream
Right inside of me
I'm gonna let it show, it's time
To let you know
To let you know

This is real, this is me
I'm exactly where I'm supposed to be, now
Gonna let the light, shine on me
Now I've found, who I am
There's no way to hold it in
No more hiding who I want to be
This is me

Do you know what it's like
To feel so in the dark
To dream about a life
Where you're the shining star
Even though it seems
Like it's too far away
I have to believe in myself
It's the only way

This is real, This is me
I'm exactly where I'm supposed to be, now
Gonna let the light, shine on me
Now I've found, who I am
There's no way to hold it in
No more hiding who I want to be
This is me

You're the voice I hear inside my head
The reason that I'm singing
I need to find you, I gotta find you
You're the missing piece I need
The song inside of me
I need to find you, I gotta find you

This is real, this is me
I'm exactly where I'm supposed to be, now
Gonna let the light, shine on me
Now I've found, who I am
There's no way to hold it in
No more hiding who I want to be
This is me
You're the missing piece I need
The song inside of me (this is me)
You're the voice I hear inside my head
The reason that I'm singing
Now I've found, who I am
There's no way to hold it in
No more hiding who I want to be
This is me

LIRIK LAGU

0


LANTUNAN AYAT

Betapa indah lantunan ayat-Mu (ya Allah)
Menyentuh semua hati yang rindu 
Di kala susah karena musibah 
Di kala merintih karena sedih

Ya Allah tundukkanlah hati kami 
Tuk Selalu lantunkan Al Qur'an suci 
Dibaca di rumah, juga di sekolah 
Dimana-mana di negeri ini

Ayat Al-Qur'an kita lantunkan 
Tingkatkan iman dan ketaqwaan 
Di kala susah saat bahagia 
Rahmat melimpah dan berkahNya



Template by:

Free Blog Templates