07-07-2012

NOVEL

NEGERI 5 NEGARA



Buku ini ditulis dengan syukur, respek dan terima kasih. Kepada Tuhan, kepada orang tua dan handai tolan, dan kepada setiap orang yang telah menanam kebaikan dalam hidupnya.
"Negeri 5 Menara” adalah buku pertama dari rencana trilogi. Buku ini berniat merayakan sebuah pengalaman menikmati atmosfir pendidikan yang sangat inspiratif. Semoga buku ini bisa membukakan mata dan hati pembaca.  Dan menebarkan inspirasi ke segala penjuru.
Salah satu pesan utama novel ini adalah "man jadda wajada" sebuah pepatah Arab yang berarti "siapa yang bersungguh-sungguh akan sukses". Pengalaman para tokoh di novel ini mengajarkan mereka bahwa apa pun mungkin diraih selama didukung usaha dan doa. Jangan pernah remehkan mimpi, setinggi apa pun. Sungguh Tuhan Maha mendengar.
Sebagian royalti diniatkan untuk merintis Komunitas Menara, sebuah organisasi sosial berbasis relawan (volunteer) yang menyediakan sekolah, perpustakaan, rumah sakit, dan dapur umum secara gratis buat kalangan yang tidak mampu.

SINOPSIS NOVEL INI : 

Alif lahir di pinggir Danau Maninjau dan tidak pernah menginjak tanah di luar ranah Minangkabau. Masa kecilnya adalah berburu durian runtuh di rimba Bukit Barisan, bermain bola di sawah berlumpur dan tentu mandi berkecipak di air biru Danau Maninjau.

Tiba-tiba saja dia harus naik bus tiga hari tiga malam melintasi punggung Sumatera dan Jawa menuju sebuah desa di pelosok Jawa Timur. Ibunya ingin dia menjadi Buya Hamka walau Alif ingin menjadi Habibie. Dengan setengah hati dia mengikuti perintah Ibunya: belajar di pondok.



Di kelas hari pertamanya di Pondok Madani (PM), Alif terkesima dengan “mantera” sakti man jadda wajada. Siapa yang bersungguh-sungguh pasti sukses.

Dia terheran-heran mendengar komentator sepakbola berbahasa Arab, anak menggigau dalam bahasa Inggris, merinding mendengar ribuan orang melagukan Syair Abu Nawas dan terkesan melihat pondoknya setiap pagi seperti melayang di udara.


Dipersatukan oleh hukuman jewer berantai,  Alif berteman dekat dengan Raja dari Medan, Said dari Surabaya, Dulmajid dari Sumenep, Atang dari Bandung dan Baso dari Gowa.  Di bawah menara masjid yang menjulang, mereka berenam kerap menunggu maghrib sambil menatap awan lembayung yang berarak pulang ke ufuk. Di mata belia mereka, awan-awan itu menjelma menjadi negara dan benua impian masing-masing. Kemana impian jiwa muda ini membawa mereka? Mereka tidak tahu. Yang mereka tahu adalah: Jangan pernah remehkan impian, walau setinggi apa pun. Tuhan sungguh Maha Mendengar.

Bagaimana perjalanan mereka ke ujung dunia ini dimulai? Siapa horor nomor satu mereka? Apa pengalaman mendebarkan di tengah malam buta di sebelah sungai tempat jin buang anak? Bagaimana sampai ada yang kasak-kusuk menjadi mata-mata misterius? Siapa Princess of Madani yang mereka kejar-kejar? Kenapa mereka harus botak berkilat-kilat? Bagaimana sampai Icuk Sugiarto, Arnold Schwarzenegger, Ibnu Rusyd, bahkan Maradona sampai akhirnya ikut campur? Ikuti perjalanan hidup yang inspiratif ini langsung dari mata para pelakunya. Negeri Lima Menara adalah buku pertama dari sebuah trilogi.

04-07-2012

NOVEL


SURAT KECIL UNTUK TUHAN



Cerita Ini di ambil berdasarkan kisah nyata yaitu dari seorang anak perempuan remaja berumur 13 tahun bernama Gita Sesa Wanda Cantika yang  biasa dipanggil Keke
Menceritakan suatu pejuangan melawan sakit dan semangat yang kuat untuk mencapai impian seorang gadis remaja penderita kanker Rabdomiosarkoma atau kanker jaringan lunak. Kanker ganas tersebut menyerang bagian wajah dari gadis remaja yang lahir pada 15 Juli 1991.

Saat masih berumur 13 tahun, dokter mengatakan kepada ayah gadis yang kerap disapa Keke, bahwa umur anaknya hanya dapat bertahan 5 hari lagi jika tidak segera melakukan operasi. Sungguh suatu pernyataan yang membuat hati sang Ayah mendapatkan tekanan yang sangat berat. Oleh karena itu, pihak keluarga merahasiakan kanker tersebut pada Keke. Walau akhirnya ia tahu ia terserang kanker ganas, ia pasrah dan tidak marah pada siapapun yang merahasiakan penyakit maut itu padanya.

 Karena kebesaran Tuhan, Keke akhirnya berhasil sembuh dari kanker tersebut. Keberhasilan dokter Indonesia menyembuhkan kasus kanker yang baru pertama kali terjadi pada putri Indonesia ini menjadi prestasi yang membanggakan sekaligus membuat semua Dokter di Dunia bertanya-tanya.

Namun, kanker tersebut kembali menyerangnya. Dalam film-nya, Keke mengalami kelumpuhan dan kebotakan. Dokter menyerah terhadap kankernya. Keke menyadari bahwa napasnya tidak panjang lagi. Dia tetap bersyukur dan menuliskan sebuah surat kecil untuk Tuhan :
Keke menghembuskan napas terakhirnya pada 25 desember 2006 tepat setelah ia menjalankan ibadah puasa dan Idul Fitri terakhir bersama keluarga dan sahabat-sahabatnya, namun kisahnya menjadi abadi. Ribuan air mata berjatuhan ketika biografi pertamanya dikeluarkan secara online. Pesan Keke terhadap dunia berhasil menyadarkan bahwa segala cobaan yang diberikan Tuhan adalah sebuah keharusan yang harus dijalankan dengan rasa syukur dan beriman. Perjalanan waktu, biografi Keke pun dipasarkan secara luas dan kini telah dikemas dalam bentuk film layar lebar dengan judul yang sama "Surat Kecil Untuk Tuhan".

Pada akhir film ini, Keke menyampaikan satu permintaan terakhirnya, agar hubungan dalam keluarganya bisa bersatu lagi. Semangatnya untuk tetap menjadi yang terbaik tak sedikitpun melemah. Seperti bintang Sirius yang tetap bersinar terang walau langit tertutup awan.

Berikut adalah Surat Yang ditulis Olehnya :


Tuhan…
Andai aku bisa kembali
Aku tidak ingin ada tangisan di dunia ini.

Tuhan…
Andai aku bisa kembali
Aku berharap tidak ada lagi hal yang sama terjadi padaku,
terjadi pada orang lain.

Tuhan…
Bolehkah aku menulis surat kecil untuk-Mu

Tuhan…
Bolehkah aku memohon satu hal kecil untuk-Mu

Tuhan…
Biarkanlah aku dapat melihat dengan mataku
Untuk memandang langit dan bulan setiap harinya..

Tuhan…
Izinkanlah rambutku kembali tumbuh, agar aku bisa menjadi wanita seutuhnya.

Tuhan…
Bolehkah aku tersenyum lebih lama lagi
Agar aku bisa memberikan kebahagiaan
kepada ayah dan sahabat-sahabatku

Tuhan…
Berikanlah aku kekuatan untuk menjadi dewasa
Agar aku bisa memberikan arti hidup
kepada siapapun yang mengenalku..

Tuhan ..
Surat kecil-ku ini
adalah surat terakhir dalam hidupku
Andai aku bisa kembali…
Ke dunia yang Kau berikan padaku..


In memorial,
Gita Sesa Wanda Cantika.
19/06/91-25/12/06

NOVEL



DAUN YANG JATUH TAK PERNAH MEMBENCI ANGIN


The falling leaf doesn’t hate the wind, sebuah kalimat anonymous yang dipopulerkan dalam film Jepang Zatoichi, telah menjadi inspirasi atas lahirnya judul novel karangan Tere-Liye ini. Novel ini diterbitkan pertama kali oleh Gramedia Pustaka Utama pada bulan Juni 2010, agak telat sepertinya kalau saya menjabarkan ulasan novel ini sekarang. Tapi tak apalah, untuk para pembaca yang belum memiliki buku ini, maka saya sangat merekomendasikannya untuk menjadi salah satu koleksi buku Anda.

Yang pertama kali menarik perhatian saya untuk mendekati novel ini adalah judulnya. Saat itu yang pertama kali terlintas di benak bahwa novel ini akan bercerita tentang sebuah kisah cinta dimana salah satunya selalu merasa tersakiti oleh pasangannya. Tapi rasa sakit yang dirasakannya tak bisa mengalahkan rasa sayangnya. Tapi ternyata perkiraan saya salah. Tere-Liye menyajikannya menjadi sebuah cerita yang unik dan menarik. Ah, seperti biasa, Tere-Liye memang jagonya kalau soal membuat pembaca merasa penasaran.

Kalau kalian membaca bait pertama yang ada di halaman belakang novel ini, maka kalian akan mulai merasakan satu langkah masuk ke pintu imajinasi Tere-Liye.



Dia bagai malaikat bagi keluarga kami. Merengkuh aku, adikku, dan Ibu dari kehidupan jalanan yang miskin dan nestapa. Memberikan makan tempat berteduh, sekolah, dan janji masa depan yang lebih baik.
Tania, dan adiknya, Dede, adalah anak jalanan yang biasa mencari uang dengan mengamen. Suatu malam, saat berada di dalam bus untuk mengamen, tanpa sadar kaki Tania berdarah karena menginjak paku. Ya, kedua kakak beradik ini berjalan tanpa alas kaki, mereka tak mampu membeli uang untuk membeli alas kaki, katanya. Sontak hal ini membuat seorang pemuda, Danar, segera membantunya dengan membalut kaki Tania dengan sapu tangannya. Ya, inilah awal pertemuan Tania dan Danar, yang bahkan jarak umur mereka mencapai 14 tahun.

Sejak saat itu, Danar mengubah kehidupan Tania dan keluarganya menjadi lebih baik. Mereka yang selama ini tinggal di rumah kardus, sekarang sudah bisa tinggal di rumah kontrakan. Tania dan Dede juga mulai sekolah setelah sebelumnya sempat berhenti. Kehidupan mereka pun menjadi lebih baik setelah bertemu dengan Danar. Danar pun sering mengajak Tania dan Dede untuk pergi ke toko buku yang terletak di Jalan Margonda Raya. Toko buku itu kemudian menjadi tempat favorit mereka karena disana mereka bisa bertukar cerita, melamun, mengkhayal dan menikmati indahnya malam dari dinding kaca lantai dua toko buku tersebut.

Ada yang sangat menarik dari novel ini. Mungkin karena Pak Darwis Tere-Liye adalah Dosen di kampusku, Universitas Indonesia. Maka latar yang ia sampaikan dalam novel ini benar-benar bisa aku rasakan layaknya dalam kehidupan nyata. Seperti saat ia bercerita tentang Tania dan Dede yang tidak memakai alas kaki. Rasanya setiap kali aku ke kampus UI Depok maka aku akan selalu menemukan anak-anak penjual koran yang tak memakai alas kaki. Saat kutanya mengapa mereka tak beralas kaki, jawabannya sama, “Aku gak punya uang, Kak” Tak hanya itu, aku tahu persis toko buku yang diceritakan oleh Tere-Liye ini, berlantai dua dengan dinding kaca, saat kau melihat ke luar dari dinding kaca maka kau bisa melihat kehidupan orang-orang di kota Depok. Ya, tak salah lagi, ini toko buku Gramedia yang ada di Jalan Margonda Raya Depok, dekat sekali dengan kampusku. Iseng, saat aku berkunjung ke toko buku itu, aku mencoba membayangkan latar-latar yang dibangun oleh Tere-Liye saat bercerita. Ohya, benar sekali, sangat tenang rasanya saat kau berdiri di depan dinding kacanya dan melihat ke luar, boleh dicoba J

Bait kedua dan ketiga,



Dia sungguh bagai malaikat bagi keluarga kami. Memberikan kasih sayang, perhatian dan teladan tanpa mengharap budi sekali pun. Dan lihatlah, aku membalas itu semua dengan membiarkan mekar perasaan ini.


Ibu benar, tak layak aku mencintai malaikat keluarga kami. Tak pantas. Maafkan aku, Ibu. Perasaan kagum, terpesona, atau entahlah itu muncul tak tertahankan bahkan sejak rambutku masih dikepang dua.
Siapa sangka, Tania kecil bisa jatuh cinta pada pria dewasa yang bahkan berbeda empat belas tahun lebih tua darinya. Itulah sebabnya dia berusaha keras untuk menjadi wanita yang cantik dan cerdas agar bisa sepadan dengan malaikatnya, Danar. Waktu berjalan cepat dengan kemajuan yang cepat pula. Tania tumbuh menjadi perempuan dewasa yang hebat. Dia bersekolah di Singapura tepat setelah Ibunya meninggal. Saat itu, Danar sudah seperti keluarganya sendiri.

Tania tak pernah tahu bagaimana perasaan Danar terhadapnya. Di satu sisi Tania berpikir bahwa mungkin Danar hanya menganggapnya sebagai adiknya tapi di sisi lain Tania ingin Danar menjadi miliknya, menjadi suaminya. Tapi semua berubah saat Tania mendengar kabar bahwa Danar akan menikah dengan seorang perempuan bernama Ratna. Hatinya hancur.

Bait keempat,



Sekarang, ketika aku tahu dia boleh jadi tidak pernah menganggapku lebih dari seorang adik yang tidak tahu diri, biarlah… Biarlah aku luruh ke bumi seperti sehelai daun… daun yang tidak pernah membenci angin meski harus terenggutkan dari tangkai pohonnya.
Waktu pun berlalu. Danar sudah membangun rumah tangganya dengan Ratna dan Tania pun tetap melanjutkan pendidikannya di Singapura. Saat Tania pulang ke Indonesia, ada suatu hal mengejutkan yang tak pernah ia tahu sebelumnya. Mau tahu apa? Baca novelnya ya hehehe :D

Ada satu kalimat yang sangat aku suka dalam novel ini, dikutip dari halaman 196,“Bahwa hidup harus menerima, penerimaan yang indah. Bahwa hidup harus mengerti, pengertian yang benar. Bahwa hidup harus memahami, pemahaman yang tulus. Tak peduli lewat apa penerimaan, pengertian, dan pemahaman itu datang. Tak masalah meski lewat kejadian yang sedih dan menyakitkan” bagus sekali bukan? :)

Bahasa yang disampaikan oleh Tere-Liye dalam novel ini cukup ringan dan mudah dimengerti oleh semua level pembaca. Alurnya juga bagus. Latar yang disampaikan jelas dan mampu membawa pembaca seperti benar-benar berada di tempatnya. Penokohannya sangat menarik menurut saya, karena Tere-Liye, entah berdasarkan riset apa tapi dia mampu menjelma sebagai tokoh yang sesuai dengan kehidupan nyata, tidak hanya sekedar imajinasi belaka. Banyak sekali pelajaran hidup yang bisa kita ambil dengan mengikuti aliran ceritanya. Hanya satu kekurangannya, ruang lingkup cerita terlalu kecil menurut saya. Entahlah, karena mungkin saya adalah tipe pembaca yang sangat suka dengan latar yang luas dan dipenuhi dengan banyak tokoh. Ini yang tidak terdapat di dalam novel ini, menurut saya. Tapi tetap tidak mengurangi ‘bagusnya’ novel ini, sama bagusnya seperti novel-novel hebat Tere-Liye yang lain. Selamat membaca :) 

02-07-2012

FILM SKUT

FILM SKUT VERSI KELOMPOK 2

Assalamu alaikum, waktu materi tentang drama (Bahasa Indonesia) kami kelompok 2 ditugaskan untuk membuat suatu film yang ceritanya hampir mirip dengan SKUT (Surat Kecil Untuk Tuhan) flim ini menceritakan tentang seorang anak yang bernama Chusnul. Chusnul memiliki kakak yang bernama Mauliana. Ia beda 1 tahun dengan Chusnul. Orang tua mereka sudah meninggal beberapa tahun yang lalu. Kedua orang tuanya meninggal karena kecelakaan saat ingin menjemput Chusnul di sekolahnya. Sebelum meninggal, orang tuanya menanamkan nilai-nilai agama kepada kedua anaknya. Sehingga ketika Chusnul dan Maulyana ditinggal pergi ke rahmatullah oleh orang tuanya, mereka tidak pernah melalaikan sholat 5 waktu seperti yang dipesankan orang tuanya. Mereka juga selalu mengerjakan amalan-amalan sunnah lainnya. Untuk memperdalam ilmu agama, Mauliana memasukkan Chusnul ke dalam pesantren dimana pesantren itu merupakan tempat sekolah kakaknya juga.

NAMA PEMAIN FILM SKUT VERSI KELOMPOK 2


Chusnul Qhatimah Ramli berperan sebagai Chusnul




Andi Mauliana (saya sendiri :D) berperan sebagai Mauliana 


Auliah Khoirun Nisa berperan sebagai Auliah


Nur Azizah berperan sebagai Azizah 


 Muhammad Musyirul Al Hakki berperan sebagai Irul


Muhammad Fachry Fauzi berperan sebagai fachry

INILAH FILM KAMI (hehe)

upload videonya nanti yah, lama soalnya (error mulu-_-) secepatnya bakal aku upload ;)

Menghias Blog

Cara memasukkan Kalender pada Blog versi baru

Untuk menghiasi blog maka widget kalender bisa menjadi pilihan. Ada berbagai macam variasi kalender yang bisa sobat pilih.
Untuk pembuatan kalender, sobat bisa mengklik link ini 


Setelah mengklik bagian yang dipilih akan muncul seperti di bawah ini ( Misalnya : anda mengklik Animated Calendars ) :

(Pilih kalender yang diinginkan, kemudian copy skrip/kodenya --> ada di bawah kalender )

Setelah itu, Cara memasukkan ke blog sobat :
a. sign / masuk ke blog sobat
b. Pilih tata letak


c. Klik tambah gadget
d. Pilih html/Java script

( Pada bagian "dasar-dasar" )
e. Patekan copy scrip tadi ( yang di bawah kalender )
f. Setelah itu klik save/simpan

Selamat mencoba, good luck :)

LIRIK LAGU


PRICE TAG LYRICS - MADDI JANE
Seems like everybody's got a price,I wonder how they sleep at night.When the tale comes first,And the truth comes second,Just stop, for a minute andSmile
Why is everybody so serious?Acting so damn mysteriousYou got your shades on your eyesAnd your heels so highThat you can't even have a good time.
Everybody look to their left (yeah)Everybody look to their right (ha)Can you feel that (yeah)Well pay them with love tonight...
It's not about the money, money, moneyWe don't need your money, money, moneyWe just wanna make the world dance,Forget about the Price Tag
Ain't about the (ha) Ka-Ching Ka-Ching.Ain't about the (yeah) Ba-Bling Ba-BlingWanna make the world dance,Forget about the Price Tag.
We need to take it back in time,When music made us all UNITE!And it wasn't low blows and video Hoes,Am I the only one gettin... tired?
Why is everybody so obsessed?Money can't buy us happinessCan we all slow down and enjoy right nowGuarantee we'll be feelinAll right.
Everybody look to their left (yeah)Everybody look to their right (ha)Can you feel that (yeah)Well pay them with love tonight...
It's not about the money, money, moneyWe don't need your money, money, moneyWe just wanna make the world dance,Forget about the Price Tag

NOVEL

0

NEGERI 5 NEGARA



Buku ini ditulis dengan syukur, respek dan terima kasih. Kepada Tuhan, kepada orang tua dan handai tolan, dan kepada setiap orang yang telah menanam kebaikan dalam hidupnya.
"Negeri 5 Menara” adalah buku pertama dari rencana trilogi. Buku ini berniat merayakan sebuah pengalaman menikmati atmosfir pendidikan yang sangat inspiratif. Semoga buku ini bisa membukakan mata dan hati pembaca.  Dan menebarkan inspirasi ke segala penjuru.
Salah satu pesan utama novel ini adalah "man jadda wajada" sebuah pepatah Arab yang berarti "siapa yang bersungguh-sungguh akan sukses". Pengalaman para tokoh di novel ini mengajarkan mereka bahwa apa pun mungkin diraih selama didukung usaha dan doa. Jangan pernah remehkan mimpi, setinggi apa pun. Sungguh Tuhan Maha mendengar.
Sebagian royalti diniatkan untuk merintis Komunitas Menara, sebuah organisasi sosial berbasis relawan (volunteer) yang menyediakan sekolah, perpustakaan, rumah sakit, dan dapur umum secara gratis buat kalangan yang tidak mampu.

SINOPSIS NOVEL INI : 

Alif lahir di pinggir Danau Maninjau dan tidak pernah menginjak tanah di luar ranah Minangkabau. Masa kecilnya adalah berburu durian runtuh di rimba Bukit Barisan, bermain bola di sawah berlumpur dan tentu mandi berkecipak di air biru Danau Maninjau.

Tiba-tiba saja dia harus naik bus tiga hari tiga malam melintasi punggung Sumatera dan Jawa menuju sebuah desa di pelosok Jawa Timur. Ibunya ingin dia menjadi Buya Hamka walau Alif ingin menjadi Habibie. Dengan setengah hati dia mengikuti perintah Ibunya: belajar di pondok.



Di kelas hari pertamanya di Pondok Madani (PM), Alif terkesima dengan “mantera” sakti man jadda wajada. Siapa yang bersungguh-sungguh pasti sukses.

Dia terheran-heran mendengar komentator sepakbola berbahasa Arab, anak menggigau dalam bahasa Inggris, merinding mendengar ribuan orang melagukan Syair Abu Nawas dan terkesan melihat pondoknya setiap pagi seperti melayang di udara.


Dipersatukan oleh hukuman jewer berantai,  Alif berteman dekat dengan Raja dari Medan, Said dari Surabaya, Dulmajid dari Sumenep, Atang dari Bandung dan Baso dari Gowa.  Di bawah menara masjid yang menjulang, mereka berenam kerap menunggu maghrib sambil menatap awan lembayung yang berarak pulang ke ufuk. Di mata belia mereka, awan-awan itu menjelma menjadi negara dan benua impian masing-masing. Kemana impian jiwa muda ini membawa mereka? Mereka tidak tahu. Yang mereka tahu adalah: Jangan pernah remehkan impian, walau setinggi apa pun. Tuhan sungguh Maha Mendengar.

Bagaimana perjalanan mereka ke ujung dunia ini dimulai? Siapa horor nomor satu mereka? Apa pengalaman mendebarkan di tengah malam buta di sebelah sungai tempat jin buang anak? Bagaimana sampai ada yang kasak-kusuk menjadi mata-mata misterius? Siapa Princess of Madani yang mereka kejar-kejar? Kenapa mereka harus botak berkilat-kilat? Bagaimana sampai Icuk Sugiarto, Arnold Schwarzenegger, Ibnu Rusyd, bahkan Maradona sampai akhirnya ikut campur? Ikuti perjalanan hidup yang inspiratif ini langsung dari mata para pelakunya. Negeri Lima Menara adalah buku pertama dari sebuah trilogi.

NOVEL

0


SURAT KECIL UNTUK TUHAN



Cerita Ini di ambil berdasarkan kisah nyata yaitu dari seorang anak perempuan remaja berumur 13 tahun bernama Gita Sesa Wanda Cantika yang  biasa dipanggil Keke
Menceritakan suatu pejuangan melawan sakit dan semangat yang kuat untuk mencapai impian seorang gadis remaja penderita kanker Rabdomiosarkoma atau kanker jaringan lunak. Kanker ganas tersebut menyerang bagian wajah dari gadis remaja yang lahir pada 15 Juli 1991.

Saat masih berumur 13 tahun, dokter mengatakan kepada ayah gadis yang kerap disapa Keke, bahwa umur anaknya hanya dapat bertahan 5 hari lagi jika tidak segera melakukan operasi. Sungguh suatu pernyataan yang membuat hati sang Ayah mendapatkan tekanan yang sangat berat. Oleh karena itu, pihak keluarga merahasiakan kanker tersebut pada Keke. Walau akhirnya ia tahu ia terserang kanker ganas, ia pasrah dan tidak marah pada siapapun yang merahasiakan penyakit maut itu padanya.

 Karena kebesaran Tuhan, Keke akhirnya berhasil sembuh dari kanker tersebut. Keberhasilan dokter Indonesia menyembuhkan kasus kanker yang baru pertama kali terjadi pada putri Indonesia ini menjadi prestasi yang membanggakan sekaligus membuat semua Dokter di Dunia bertanya-tanya.

Namun, kanker tersebut kembali menyerangnya. Dalam film-nya, Keke mengalami kelumpuhan dan kebotakan. Dokter menyerah terhadap kankernya. Keke menyadari bahwa napasnya tidak panjang lagi. Dia tetap bersyukur dan menuliskan sebuah surat kecil untuk Tuhan :
Keke menghembuskan napas terakhirnya pada 25 desember 2006 tepat setelah ia menjalankan ibadah puasa dan Idul Fitri terakhir bersama keluarga dan sahabat-sahabatnya, namun kisahnya menjadi abadi. Ribuan air mata berjatuhan ketika biografi pertamanya dikeluarkan secara online. Pesan Keke terhadap dunia berhasil menyadarkan bahwa segala cobaan yang diberikan Tuhan adalah sebuah keharusan yang harus dijalankan dengan rasa syukur dan beriman. Perjalanan waktu, biografi Keke pun dipasarkan secara luas dan kini telah dikemas dalam bentuk film layar lebar dengan judul yang sama "Surat Kecil Untuk Tuhan".

Pada akhir film ini, Keke menyampaikan satu permintaan terakhirnya, agar hubungan dalam keluarganya bisa bersatu lagi. Semangatnya untuk tetap menjadi yang terbaik tak sedikitpun melemah. Seperti bintang Sirius yang tetap bersinar terang walau langit tertutup awan.

Berikut adalah Surat Yang ditulis Olehnya :


Tuhan…
Andai aku bisa kembali
Aku tidak ingin ada tangisan di dunia ini.

Tuhan…
Andai aku bisa kembali
Aku berharap tidak ada lagi hal yang sama terjadi padaku,
terjadi pada orang lain.

Tuhan…
Bolehkah aku menulis surat kecil untuk-Mu

Tuhan…
Bolehkah aku memohon satu hal kecil untuk-Mu

Tuhan…
Biarkanlah aku dapat melihat dengan mataku
Untuk memandang langit dan bulan setiap harinya..

Tuhan…
Izinkanlah rambutku kembali tumbuh, agar aku bisa menjadi wanita seutuhnya.

Tuhan…
Bolehkah aku tersenyum lebih lama lagi
Agar aku bisa memberikan kebahagiaan
kepada ayah dan sahabat-sahabatku

Tuhan…
Berikanlah aku kekuatan untuk menjadi dewasa
Agar aku bisa memberikan arti hidup
kepada siapapun yang mengenalku..

Tuhan ..
Surat kecil-ku ini
adalah surat terakhir dalam hidupku
Andai aku bisa kembali…
Ke dunia yang Kau berikan padaku..


In memorial,
Gita Sesa Wanda Cantika.
19/06/91-25/12/06

NOVEL

0



DAUN YANG JATUH TAK PERNAH MEMBENCI ANGIN


The falling leaf doesn’t hate the wind, sebuah kalimat anonymous yang dipopulerkan dalam film Jepang Zatoichi, telah menjadi inspirasi atas lahirnya judul novel karangan Tere-Liye ini. Novel ini diterbitkan pertama kali oleh Gramedia Pustaka Utama pada bulan Juni 2010, agak telat sepertinya kalau saya menjabarkan ulasan novel ini sekarang. Tapi tak apalah, untuk para pembaca yang belum memiliki buku ini, maka saya sangat merekomendasikannya untuk menjadi salah satu koleksi buku Anda.

Yang pertama kali menarik perhatian saya untuk mendekati novel ini adalah judulnya. Saat itu yang pertama kali terlintas di benak bahwa novel ini akan bercerita tentang sebuah kisah cinta dimana salah satunya selalu merasa tersakiti oleh pasangannya. Tapi rasa sakit yang dirasakannya tak bisa mengalahkan rasa sayangnya. Tapi ternyata perkiraan saya salah. Tere-Liye menyajikannya menjadi sebuah cerita yang unik dan menarik. Ah, seperti biasa, Tere-Liye memang jagonya kalau soal membuat pembaca merasa penasaran.

Kalau kalian membaca bait pertama yang ada di halaman belakang novel ini, maka kalian akan mulai merasakan satu langkah masuk ke pintu imajinasi Tere-Liye.



Dia bagai malaikat bagi keluarga kami. Merengkuh aku, adikku, dan Ibu dari kehidupan jalanan yang miskin dan nestapa. Memberikan makan tempat berteduh, sekolah, dan janji masa depan yang lebih baik.
Tania, dan adiknya, Dede, adalah anak jalanan yang biasa mencari uang dengan mengamen. Suatu malam, saat berada di dalam bus untuk mengamen, tanpa sadar kaki Tania berdarah karena menginjak paku. Ya, kedua kakak beradik ini berjalan tanpa alas kaki, mereka tak mampu membeli uang untuk membeli alas kaki, katanya. Sontak hal ini membuat seorang pemuda, Danar, segera membantunya dengan membalut kaki Tania dengan sapu tangannya. Ya, inilah awal pertemuan Tania dan Danar, yang bahkan jarak umur mereka mencapai 14 tahun.

Sejak saat itu, Danar mengubah kehidupan Tania dan keluarganya menjadi lebih baik. Mereka yang selama ini tinggal di rumah kardus, sekarang sudah bisa tinggal di rumah kontrakan. Tania dan Dede juga mulai sekolah setelah sebelumnya sempat berhenti. Kehidupan mereka pun menjadi lebih baik setelah bertemu dengan Danar. Danar pun sering mengajak Tania dan Dede untuk pergi ke toko buku yang terletak di Jalan Margonda Raya. Toko buku itu kemudian menjadi tempat favorit mereka karena disana mereka bisa bertukar cerita, melamun, mengkhayal dan menikmati indahnya malam dari dinding kaca lantai dua toko buku tersebut.

Ada yang sangat menarik dari novel ini. Mungkin karena Pak Darwis Tere-Liye adalah Dosen di kampusku, Universitas Indonesia. Maka latar yang ia sampaikan dalam novel ini benar-benar bisa aku rasakan layaknya dalam kehidupan nyata. Seperti saat ia bercerita tentang Tania dan Dede yang tidak memakai alas kaki. Rasanya setiap kali aku ke kampus UI Depok maka aku akan selalu menemukan anak-anak penjual koran yang tak memakai alas kaki. Saat kutanya mengapa mereka tak beralas kaki, jawabannya sama, “Aku gak punya uang, Kak” Tak hanya itu, aku tahu persis toko buku yang diceritakan oleh Tere-Liye ini, berlantai dua dengan dinding kaca, saat kau melihat ke luar dari dinding kaca maka kau bisa melihat kehidupan orang-orang di kota Depok. Ya, tak salah lagi, ini toko buku Gramedia yang ada di Jalan Margonda Raya Depok, dekat sekali dengan kampusku. Iseng, saat aku berkunjung ke toko buku itu, aku mencoba membayangkan latar-latar yang dibangun oleh Tere-Liye saat bercerita. Ohya, benar sekali, sangat tenang rasanya saat kau berdiri di depan dinding kacanya dan melihat ke luar, boleh dicoba J

Bait kedua dan ketiga,



Dia sungguh bagai malaikat bagi keluarga kami. Memberikan kasih sayang, perhatian dan teladan tanpa mengharap budi sekali pun. Dan lihatlah, aku membalas itu semua dengan membiarkan mekar perasaan ini.


Ibu benar, tak layak aku mencintai malaikat keluarga kami. Tak pantas. Maafkan aku, Ibu. Perasaan kagum, terpesona, atau entahlah itu muncul tak tertahankan bahkan sejak rambutku masih dikepang dua.
Siapa sangka, Tania kecil bisa jatuh cinta pada pria dewasa yang bahkan berbeda empat belas tahun lebih tua darinya. Itulah sebabnya dia berusaha keras untuk menjadi wanita yang cantik dan cerdas agar bisa sepadan dengan malaikatnya, Danar. Waktu berjalan cepat dengan kemajuan yang cepat pula. Tania tumbuh menjadi perempuan dewasa yang hebat. Dia bersekolah di Singapura tepat setelah Ibunya meninggal. Saat itu, Danar sudah seperti keluarganya sendiri.

Tania tak pernah tahu bagaimana perasaan Danar terhadapnya. Di satu sisi Tania berpikir bahwa mungkin Danar hanya menganggapnya sebagai adiknya tapi di sisi lain Tania ingin Danar menjadi miliknya, menjadi suaminya. Tapi semua berubah saat Tania mendengar kabar bahwa Danar akan menikah dengan seorang perempuan bernama Ratna. Hatinya hancur.

Bait keempat,



Sekarang, ketika aku tahu dia boleh jadi tidak pernah menganggapku lebih dari seorang adik yang tidak tahu diri, biarlah… Biarlah aku luruh ke bumi seperti sehelai daun… daun yang tidak pernah membenci angin meski harus terenggutkan dari tangkai pohonnya.
Waktu pun berlalu. Danar sudah membangun rumah tangganya dengan Ratna dan Tania pun tetap melanjutkan pendidikannya di Singapura. Saat Tania pulang ke Indonesia, ada suatu hal mengejutkan yang tak pernah ia tahu sebelumnya. Mau tahu apa? Baca novelnya ya hehehe :D

Ada satu kalimat yang sangat aku suka dalam novel ini, dikutip dari halaman 196,“Bahwa hidup harus menerima, penerimaan yang indah. Bahwa hidup harus mengerti, pengertian yang benar. Bahwa hidup harus memahami, pemahaman yang tulus. Tak peduli lewat apa penerimaan, pengertian, dan pemahaman itu datang. Tak masalah meski lewat kejadian yang sedih dan menyakitkan” bagus sekali bukan? :)

Bahasa yang disampaikan oleh Tere-Liye dalam novel ini cukup ringan dan mudah dimengerti oleh semua level pembaca. Alurnya juga bagus. Latar yang disampaikan jelas dan mampu membawa pembaca seperti benar-benar berada di tempatnya. Penokohannya sangat menarik menurut saya, karena Tere-Liye, entah berdasarkan riset apa tapi dia mampu menjelma sebagai tokoh yang sesuai dengan kehidupan nyata, tidak hanya sekedar imajinasi belaka. Banyak sekali pelajaran hidup yang bisa kita ambil dengan mengikuti aliran ceritanya. Hanya satu kekurangannya, ruang lingkup cerita terlalu kecil menurut saya. Entahlah, karena mungkin saya adalah tipe pembaca yang sangat suka dengan latar yang luas dan dipenuhi dengan banyak tokoh. Ini yang tidak terdapat di dalam novel ini, menurut saya. Tapi tetap tidak mengurangi ‘bagusnya’ novel ini, sama bagusnya seperti novel-novel hebat Tere-Liye yang lain. Selamat membaca :) 

FILM SKUT

0

FILM SKUT VERSI KELOMPOK 2

Assalamu alaikum, waktu materi tentang drama (Bahasa Indonesia) kami kelompok 2 ditugaskan untuk membuat suatu film yang ceritanya hampir mirip dengan SKUT (Surat Kecil Untuk Tuhan) flim ini menceritakan tentang seorang anak yang bernama Chusnul. Chusnul memiliki kakak yang bernama Mauliana. Ia beda 1 tahun dengan Chusnul. Orang tua mereka sudah meninggal beberapa tahun yang lalu. Kedua orang tuanya meninggal karena kecelakaan saat ingin menjemput Chusnul di sekolahnya. Sebelum meninggal, orang tuanya menanamkan nilai-nilai agama kepada kedua anaknya. Sehingga ketika Chusnul dan Maulyana ditinggal pergi ke rahmatullah oleh orang tuanya, mereka tidak pernah melalaikan sholat 5 waktu seperti yang dipesankan orang tuanya. Mereka juga selalu mengerjakan amalan-amalan sunnah lainnya. Untuk memperdalam ilmu agama, Mauliana memasukkan Chusnul ke dalam pesantren dimana pesantren itu merupakan tempat sekolah kakaknya juga.

NAMA PEMAIN FILM SKUT VERSI KELOMPOK 2


Chusnul Qhatimah Ramli berperan sebagai Chusnul




Andi Mauliana (saya sendiri :D) berperan sebagai Mauliana 


Auliah Khoirun Nisa berperan sebagai Auliah


Nur Azizah berperan sebagai Azizah 


 Muhammad Musyirul Al Hakki berperan sebagai Irul


Muhammad Fachry Fauzi berperan sebagai fachry

INILAH FILM KAMI (hehe)

upload videonya nanti yah, lama soalnya (error mulu-_-) secepatnya bakal aku upload ;)

Menghias Blog

0

Cara memasukkan Kalender pada Blog versi baru

Untuk menghiasi blog maka widget kalender bisa menjadi pilihan. Ada berbagai macam variasi kalender yang bisa sobat pilih.
Untuk pembuatan kalender, sobat bisa mengklik link ini 


Setelah mengklik bagian yang dipilih akan muncul seperti di bawah ini ( Misalnya : anda mengklik Animated Calendars ) :

(Pilih kalender yang diinginkan, kemudian copy skrip/kodenya --> ada di bawah kalender )

Setelah itu, Cara memasukkan ke blog sobat :
a. sign / masuk ke blog sobat
b. Pilih tata letak


c. Klik tambah gadget
d. Pilih html/Java script

( Pada bagian "dasar-dasar" )
e. Patekan copy scrip tadi ( yang di bawah kalender )
f. Setelah itu klik save/simpan

Selamat mencoba, good luck :)

LIRIK LAGU

0


PRICE TAG LYRICS - MADDI JANE
Seems like everybody's got a price,I wonder how they sleep at night.When the tale comes first,And the truth comes second,Just stop, for a minute andSmile
Why is everybody so serious?Acting so damn mysteriousYou got your shades on your eyesAnd your heels so highThat you can't even have a good time.
Everybody look to their left (yeah)Everybody look to their right (ha)Can you feel that (yeah)Well pay them with love tonight...
It's not about the money, money, moneyWe don't need your money, money, moneyWe just wanna make the world dance,Forget about the Price Tag
Ain't about the (ha) Ka-Ching Ka-Ching.Ain't about the (yeah) Ba-Bling Ba-BlingWanna make the world dance,Forget about the Price Tag.
We need to take it back in time,When music made us all UNITE!And it wasn't low blows and video Hoes,Am I the only one gettin... tired?
Why is everybody so obsessed?Money can't buy us happinessCan we all slow down and enjoy right nowGuarantee we'll be feelinAll right.
Everybody look to their left (yeah)Everybody look to their right (ha)Can you feel that (yeah)Well pay them with love tonight...
It's not about the money, money, moneyWe don't need your money, money, moneyWe just wanna make the world dance,Forget about the Price Tag

Template by:

Free Blog Templates